Lubang Tak Berujung

Jane dan Jamie, dua orang sahabat yang sedang melepas kepenatan mereka di Hutan Kota. Hutan tersebut sangat sejuk dan juga pemandangannya sangat asri. Di hutan tersebut terdapat banyak sekali pohon yang tinggi dan rindang. Belum lagi, suasana sejuk ini bertambah nyaman didampingi oleh nyanyian burung-burung yang tinggal di hutan kotatersebut. Ketika mereka melintasi suatu pohon, mereka melihat sesuatu yang aneh. Seperti sebuah cahaya yang memancar. Ketika merekea dekati ternyata adalah sebuah lubang yang sangat dalam. Lubang tersebut memancarkan cahaya yang sangat terang berwarna hijau. Terlihat seperti lubang galian. Tetapi, lubang tersebut tak berujung. Di sekitar lubang tersebut terdapat retakan-retakan yang memanjang dari pohon ke pohon yang lain. Lubang tersebut berdiameter sekitar dua meter.”hei Jane, ayo kita lihat lubang itu. Saya rasa ada yang aneh dengan lubang itu.” Seru Jamie. Keduanya merasa heran dengan lubang tersebut. Mereka menunduk dan melongok ke dalam lubang tersebut.  Tersebesit pikiran dalam diri Jamie untuk melompat ke dalam lubang tersebut. “hei, coba kita masuk ke lubang itu. Barangkali aja kalau beruntung kita bisa dapet sesuatu yang berharga loh..” cetus Jamie Tetapi, Jane melarang karena mungkin akan sangat berbahaya bila mereka turun ke lubang tersebut. Tetapi Jamie mengelak, dia berkilah bahwa jika mereka turun ke lubang tersebut mereka akan menemukan harta karun atau sesuatu yang akan sangat bernilai harganya. Akhirnya mereka turun ke lubang tersebut.
“Siap untuk turun Jane?” Tanya Jamie. “ikuti aba-abaku ya….” Sahut Jane. Seketika itu juga mereka berduapun loncat masuk ke dalam lubang tersebut. “aaaarrrggh….. “ teriak keduanya. “kenapa kita tidak pernah sampai pada dasar lubang ini?” Tanya Jane. “Aku juga tidak tahu Jane!” Jawab Jamie. Tiba tiba suasana di dalam lubang itu berubah. Terpancar sebuah cahaya yang sangat terang dari dasar lubang tersebut. Mungkin ini adalah sebuah lubang perjalanan antar waktu. Seketika itu juga mereka sampai ke dunia lain.
Dug! Sangat keras bunyi mereka ketika terjatuh di sebuah tempat yang mungkin mereka taka sing. Ya, tempat tersebut adalah hutan kota dimana sebelumnya mereka berjalan jalan melepas penat. Tetapi ada yang aneh dari hutan kota tersebut. Disekelilingnya semuanya berubah. Taka ada lagi aktivitas manusia yang biasanya terlihat disekitar hutan kota.   “Jane, ada dimana kita?” seru Jamie sambil panik. “Saya juga gak tahu Jamie. Sepertinya ini hutan kota. Tetapi, kok aku merasa beda ya? Biasanya deket hutan kota itu ada sebuah mall. Sekarang ga ada. Jangan-jangan ktia tersesat di masa depan.”. “Ah, ini semua gara-gara kamu. Siapa suruh masuk ke lubang ini. Gimana kita mau pulang? Kita aja terdampar ga tau dimana.” Gerutu Jamie. “Sudah sudah yang terpenting kita harus cari tau dulu ada di mana kita dan bagaimana cara kita agar bisa kembali lagi ke rumah.” Akhirnya mereka berduapun melangkah tanpa tau arah.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka berdua melihat sebuah kota yang sangat megah. Kota tersebut terlihat seperti kota yang sangat maju peradabannya. “Jane, ayo kita ke sana. Barangkali aja kita bisa minta bantuan biar bisa balik lagi ke rumah.” Sahut Jamie. “Ide bagus tuh.” .
Ketika mereka berjalan, ternyata dari kota tersebut ada yang mengawasi mereka. Ya, sebuah robot polisi yang tengah berpatroli di sekitar kota tersebut. Kota tersebut memang di huni seluruhnya oleh robot. Robot – robot telah mengambil alih kegiatan manusia yang sudah tidak menempati bumi lagi. Manusia sudah pindah ke sebuah planet lain di galaksi nan jauh. Robot-robot  tersebut mempunyai seorang ‘Raja’ yang memerintahkan kota tersebut. Dan robot-robot tersebut meyakini bahwa ada kekuatan yang bisa menggerakkan mereka.
Robot polisi yang melihat mereka berjalan langsung mencegat mereka dengan menaiki kendaraan yang bisa bergerak tanpa roda. Jane dan Jamie pun tiba-tiba melihat ada sesuatu yang mendekati mereka. “Jane… cepat lari cepat… ada yang mengejar kita.” Serunya. Mereka berdua pun lari ketakutan. Usaha mereka sia-sia karena mereka kalah cepat dengan robot tersebut. Mereka ketakutan, mereka berfikir bahwa mereka akan ditangkap dan akan dibunuh dan tidak akan pernah bisa kembali lagi ke rumah mereka. Belum lagi robot tersebut Nampak ‘sangar’ membawa senjata dan sebuah borgol digital yang mereka bawa.
Ketika robot tersebut mendekati mereka, robot tersebut berkata “Darimana asal kalian? Kenapa kalian bisa ada di sini. Kalian manusia bukannya sudah pindah ke planet Cirrus?”. “Kaamii darii bumi. Dan kami berasal dari masa lalu. Kami terjatuh dari sebuah lubang dan tiba tiba ada disini.” Jawab Jane dengan panik. “Iya pak, tolong kami hanya ingin pulang. Kalau bisa antarlah kami ke lubang dimana kami terjatuh. Oh iya, kenapa anda bisa berbahasa manusia?” kata Jamie. “Saya ini robot yang dprogram bisa mengrti berbagai bahasa. Jadi wajar saja jika saya mengeerti bahasa kalian. Ngomong ngomong dengan lubang, apakah lubang tempat kalian jatuh itu berwarna hijau dang berdiameter 2 meter?”. “iya,,,,” jawab keduanya. “Kalian adalah pahlawan yang akan menyelamatkan kota ini dari kekacauan.” Sahut si robot. “kekacauan apa?” tanaya Jane. “Dahulu, kota ini adalah kota yang makmur. Semua robot yang tinggal disini merasa aman dan tentram. Hingga suatu hari raja kami mulai di kudeta oleh sekelompok golongan yang memiliki kekuatan. Mereka menangkap raja dan menculik siapa saja yang melawan mereka.” Cerita robot. “lalu kami harus melakukan apa? Kami hanya ingin pulang….” Kata Jamie. “kalian harus menemukan sebuah batu permata hijau di sekitar gua dekat air terjun ketika kalian terjatuh.lalu berikanlah batu tersebut kepadaku. Batu tersebutlah yang bisa membuat kota ini kembali normal dan bisa memulangkan kalian kembali ke rumah kalian”. “Ah, nyari batu aja mah gampang. Ambil batu tersebut, lalu kita pulang jane.” Sahut Jamie. “Mencari batu itu tidak semudah yang kau bayangkan, di dalam gua tersebut banyak jebakan dan kunci yang selama ini hanya bisa dibuka oleh keturunan dewa. Saya hanya bisa memberikan kalian sebuah piringan ini.” Piringan tersebut bertuliskan angka dan gambar-gambar berbagai hewan. Dengan di tengahnya terdapat lubang untuk memasangkan piringan tersebut kepada sesuatu. Mungkin terasa aneh jika peradaban yang semaju ini maish peraya dengan sesuatu yang bisa dikatakan mistis. “Oke, kita akan cari batu itu, tapi ingat janjimu untuk memulangkan kami!” seru keduanya. “iya, saya janji. Tetapi saya peringatkan kalian untuk hati-hati.
Mereka pun berjalan menuju gua tersebut. Setelah beberapa saat mereka sampai ke gua tersebut. Gua tersebut mempunyai lubang yang sangat besar. Kira-kira 3 gajah pun bisa masuk ke dalam gua tersebut. Di dalamnya sangat gelap tidak ada cahaya. Di sekililing batu tersebut banyak stalaktit dan stalagnit yang indah. Di dinding gua banyak terdapat tulisan-tulisan seperti jaman purba. Ketika mereka terus berjalan, mereka menemukan sebuah pintu. Pintu tersebut sangat besar dan bertuliskan huruf-huruf yang mereka tak kenal. “Jane, coba ambil piringan tersebut” Jane pun mengambil piringan tersebut dari tasnya. “Coba, sekarang kita pasangkan piringan ini ke …… ah itu dia! Disana kita bisa memasangkan benda ini”.  Kata Jamie. “lalu bagaimana dengan kombinasi angka dan gambar hewan ini?” Tanya Jane. “Ah mudah, tinggal coba-coba aja. Anggap aja kayak mainan ”. Tiba tiba pintu tersebut bergerak dan menimbulkan suara decitan dan gemuruh. Entah dari mana suaru itu berasal. Ketika mereka baru melangkahkan kaki mereka, tiba-tiba muncul air yang deras yang segera memenuhi tempat tersebut. “Jane!! Cepat … kita harus menemukan jalan.. kita jangan sampai mati kehabisan nafas di sini.” Mereka pun dengan panik segera berenang menyelam. Untunglah, jane melihat sebuah lubang dan akhirnya mereka bisa kembali bernafas. “hu huh hu… akhirnya kita selamat.” Seru jane “baru awal aja udah gini. Ayo lanjut lagi.”
Ketika mereka baru melangkah, tiba-tiba keluar sebuah batu dari dalam tanah yang mengeluarkan cahaya hijau yang sangat terang. Batu tersebut hanya seukuran ujung jari kelingking saja. “Jamie, mungkin itu batu yang dimaksud. Ayo kita ambil.” Mereka pun mengambil batu tersebut. Tetapi, tiba-tiba gua tersebut goyah. Atap gua tersebut seperti memberi tanda ingini roboh. Mereka pun berlari mencari jalan keluar. Sialnya, ketika berlari Jane terkena reruntuhan gua. Kakinya terkilir dan tidak berjalan. “Jamie, tolong gendong saya. Saya ga bisa jalan…” Jamie pun menggendong jane sambil berlari. Mereka beradu balap dengan runtuhnya gua tersebut. Sampai pada saat mereka nyaris terkena reruntuhan gua tersebut, mereka meloncat dan  jatuh di sungai dekat gua tersebut. Jane yang tidak bisa berenang karena kakinya terkilir, ditolong Jamie dan dibaringkan di pinggir sungai tersebut. “Jane, apa kamu tidak apa-apa? Kamu masih bisa nahan kan sampai kita ke kota lagi?” Tanya Jamie. “Iya Jamie, aku ga papa Cuma ke kilir aja kok….” Jawab Jane sambil menahan sakit. “Saya kasih gips dulu ya biar ga nambah sakit tunggu sebentar di sini” Jamie pun memasang gips di kaki Jane dari kayu yang ia temukan di sekitar sungai dan di ikat dengan akar tanaman. “Sudah jane, sekarang mari kita ke kota dan kita pulang.” Ujar Jamie dengan tersenyum.
Ketika mereka sampai ke kota tersebut mereka menyerahkan batu tersebut ke robot tadi. “Terimakasih kalian sudah membantu kami penduduk kota ini agar bisa kembali beraktivitas dan memperoleh energy baru. Batu ini sudah lama dicari oleh para robot-robot dari kota kami. Tetapi tidak satupun kembali dengan selamat hanya kalian saja yang bisa sampai ke sini dalam keadaan selamat” Dan batu yang diambil dari gua tersebut memancarkan cahaya kelangit dan seketika itu juga kota tersebut kembali ramai dan warganya kembali beraktifitas seperti biasa. “Saya akan menepati janji saya yang akan memulangkan kalian. Berbaringlah dan tutup mata kalian”. Kata robot itu. Merekapun berbaring dan menutup mata. Tiba-tiba dari batu tersebut keluar cahaya dan membawa mereka kembali ke tempat dimana mereka menemukan lubang tersebut.
Tiba-tiba mereka terbangun. Ternyata mereka hanya tertidur disamping pohon dekat lubang tersebut. Mereka hanya bermimpi tapi mimpi mereka sama.

Bandung, 16 Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar