Import

Import, yah mungkin kata tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita atau mungkin membosankan. Khususnya sebagai warga negara Indonesia yang "doyan" import. Betapa tidak, dari data yang penulis telusuri menurut BPS, ( http://www.bps.go.id/exim-frame.php ), Nilai Export Indonesia sampai dengan bulan Juni mengalami defisit sebesar $ 3341882503. Hal ini menunjukkan betapa "doyannya" masyarakat negara ini mengkonsumsi produk dari luar negeri. Padahal sebenarnya, negeri ini adalah negeri yang sangat kaya. Mungkin 7 Turunan lebih pun, SDA negeri ini tidak pernah habis. Begitu juga dengan SDM kita. Negara dengan penduduk terbesar ke-5 di dunia ini seharusnya bisa menemukan orang-orang yang bisa memproduksi produk asli dari Indonesia. Tetapi penulis disini tidak akan membahas tentang Import lebih jauh, melainkan menitik beratkan kepada kebijakan pemerintah yang selama ini "mendukung" gerakan besar-besaran import dan juga habbit dari masyarakat Indonesia yang doyan import.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang sangat lemah dan mendukung import diantaranya adalah kurangnya suppport pemerintah untuk mendukung UKM maupun para pemain "besar". Kita contoh China, di negeri tirai bambu tersebut, suatu perusahaan atau UKM sekalipun yang sudah mempekerjakan banyak pegawai dan berhasil mengekspor produknya ke luar negeri makan akan dibebaskan dari kewajiban pajak. Tetapi di Indonesia itu hal lain. Untuk masalah pajak saja, UKM maupun para pemain "besar" ini tidak diberikan keringanan pajak sekalipun. Mengenaskan lagi, untuk melakukan perizinan saja, para pengusaha ini seperti "dicekik". Para petugas meminta uang ini-dan itu. Yang efeknya, memperburuk atmosfer kewirausahaan di negeri ini. Akhirnya, para pengusaha ini bahkan ada yang "kabur" ke China! Ya, karena "cekikan" yang sangat erat tersebut tidak sedikit para pengusaha Indonesia yang membuka pabrik di sana. Mereka beralasan selain mendapat banyak "cekikan" dari berbagai oknum, membuka pabrik di China lebih menguntungkan daripada membuka pabrik di Indonesia. Karena di China Investor dianggap seperti raja. Kita tahu bahwa China Jor-joran untuk mendatangkan para Investor guna menghilangkan pengangguran pada Penduduknya yang jumlahnya terbanyak dibandingkan negara lain di dunia ini.
Selain itu juga, pemerintah yang kurang memberikan pendidikan "Kewirausahaan" yang ditanamkan di bangku Sekolah. Pendidikan kewirausahaan sekarang ini mulai muncul pada saat dimana bisa dikatakan telat. Dan ini mengakibatkan lulusan-lulusan kita tidak mempunyai jiwa wirausaha dan akibatnnya para lulusan tersebut semakin konsumtif. Hal itu bisa kita lihat dari betapa larisnya penjualan kendaraan bermotor maupun gadget bak kacang goreng.
Penulis memang hanya seorang anak muda yang masih bisa dibilang ingusan. Tetapi setidaknya penulis ingin memberikan aspirasi dan pandangannya terhadap masalah Import ini. Semoga kedepannya negeri ini bukan lagi negeri yang terus dicekoki oleh produk import, melainkan kitalah yang seharusnya mencekoki negara lain dengan produk kita.
Salam Indonesia!

Bandung, 09 September 2013

0 komentar:

Posting Komentar